Kenapa Disebut Sumur Lubang Buaya
Kenapa Disebut Sumur Lubang Buaya. Dalam penelitian itu dikatakan, asal mula Lubang Buaya adalah nama sebuah jalan sekaligus kelurahan yang ada di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Buaya-buaya gaib itu dapat diatasi oleh ulama yang bernama Pangeran Syarif atau Datok Banjir. Selanjutnya, para warga yang ada di Lubang Buaya juga memanggil Pangeran Syarif sebagai Datok Banjir. Berdasarkan arsip detikX, Desa Lubang Buaya pada tahun 1965 tidak ramai seperti sekarang. Itulah asal mula kenapa lokasi yang berkaitan dengan G30S/PKI ini dinamakan Lubang Buaya.
Sejarah Lubang Buaya dan Asal Usulnya, Mengapa Disebut Lubang Buaya?
Sejarah Lubang Buaya dikenal sebagai tempat pembuangan tujuh jenazah korban pemberontakan G30S PKI. Tubuh mereka dimaksukkan ke dalam lubang kecil, sehingga lebih dari satu orang menumpuk di dalamnya.
Para korban yang sudah dievakuasi dari Lubang Buaya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Sejarah Lubang Buaya dikenal sebagai tempat pembuangan tujuh jenazah korban pemberontakan G30S PKI. Mengutip dari situs Perpustakaan Badan Standarisasi Nasional (BSN), lokasi tersebut diberi nama Lubang Buaya karena masyarakat sekitar mempercayai sebuah legenda yang menyebutkan ada banyak buaya putih yang hidup di dekat sungai kawasan tersebut. Selain itu, terdapat rumah yang menjadi tempat ke tujuh Pahlawan Revolusi disiksa dan dibunuh. Setelah diculik, mereka disiksa, dibunuh, kemudian jenazahnya dimasukkan ke dalam Lubang Buaya secara bertumpuk. Berdasarkan SKB 3 Menteri Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2022, tidak ada tanggal merah di bulan September 2022.
Mengapa Disebut Lubang Buaya? Begini Sejarahnya
Nama Lubang Buaya sudah ada sebelum terjadi peristiwa G30S/PKI. Ada sebuah penelitian berjudul 'Menelisik Sejarah Penamaan Jalan Lubang Buaya dan Kaitannya dengan Peristiwa G30S' yang ditulis Aqiilah Afifadiyah Rahman yang dimuat dalam jurnal Local History & Heritage.
Buaya-buaya ini dapat diatasi sosok ulama bernama Pangeran Syarif atau Datok Banjir. Sejak saat itulah, daerah ini disebut dengan Lubang Buaya. Warga di kawasan Lubang Buaya kemudian memanggil Pangeran Syarif dengan panggilan Datok Banjir.
Ini karena keyakinan mereka bahwa Datok Banjir punya kemampuan yang tidak dimiliki orang lain. Daerah ini pada akhirnya menjadi tempat pembunuhan dan pembuangan 6 perwira tinggi dan 1 perwira menengah TNI AD, Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Pandjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean. Dalam arsip laporan DetikX, disebutkan bahwa Desa Lubang Buaya ada 1965 tidak ramai seperti saat ini.
Kenapa Disebut Lubang Buaya? Ini Sejarah Saksi Bisu Tragedi G30S/PKI
Asal muasal nama Lubang Buaya sebenarnya sudah ada sebelum lokasi itu jadi saksi bisu tragedi G30S/PKI. Dikutip dari penelitian berjudul 'Menelisik Sejarah Penamaan Jalan Lubang Buaya dan Kaitannya dengan Peristiwa G30S' yang ditulis oleh Aqiilah Afiifadiyah Rahman dan Jumardi dan dimuat di jurnal Local History & Heritage, sejarah Lubang buaya awalnya dari nama jalan sekaligus kelurahan di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Namun halangan buaya-buaya itu bisa diatasi oleh seorang ulama bernama Pangeran Syarif (Datok Banjir). Kemudian, warga daerah Lubang Buaya menyebut Pangeran Syarif sebagai Datok Banjir.
Hal ini karena mereka percaya bahwa beliau memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain. Waktu itu, sepenglihatan pasukan Belanda, daerah Lubang Buaya terlihat seperti lautan sampai akhirnya tidak jadi menyerbu kawasan Lubang Buaya," ujar Pak Yanto, narasumber penelitian tersebut.
Dalam sejarahnya, daerah ini pernah menjadi saksi bisu tragedi besar, yaitu peristiwa G30S. Simak video 'Gatot Sebut PKI Gaya Baru Sudah Menyusup ke TNI':.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lubang Buaya (harfiah "lubang buaya") adalah pinggiran kota di Cipayung, Jakarta Timur, Indonesia yang juga merupakan tempat pembunuhan tujuh perwira tentara Indonesia selama upaya kudeta 1 Oktober Gerakan 30 September. Terletak di pinggiran Jakarta dekat Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Hal ini menarik tentangan keras dari Komandan Angkatan Darat Ahmad Yani,[1] tetapi segera pelatihan dimulai di daerah rawa dekat Halim yang disebut Lubang Buaya.
Itu di bawah kendali Mayor Sujono, komandan pertahanan darat pangkalan Halim. Para penyintas kemudian dibunuh, dan ketujuh mayat itu dibuang ke dalam sumur bekas. Selama rezim Orde Baru, upacara yang dihadiri oleh presiden dan pejabat senior diadakan setiap tahun pada tanggal 1 Oktober.
Di belakang mereka adalah bangunan setinggi 17m dengan Garuda perunggu besar, lambang bangsa Indonesia,. Di dekatnya ada "Museum Pengkhianatan PKI", yang dibangun pada tahun 1990. Ada sejumlah bangunan lain di sekitarnya, termasuk salah satu di mana para jenderal yang diculik diduga dianiaya (berisi diorama penyiksaan seukuran manusia), pos komando gerakan dan sebuah kantin. ^ Sundhaussen (1982) ^ Hughes (2002) a b c d e f Roosa (2007) ^ Sekretariat Negara Republik Indonesia (1975) a b c "Buku Panduan (tidak bertanggal).
Sejarah Lubang Buaya G30S 1965, Tempat Pembuangan Jasad 7 Pahlawan Revolusi Indonesia
TRIBUNJOJA.COM - Peristiwa keji Gerakan 30 September (G30S) pada 1965 masih menyisakan luka mendalam bagi Bangsa Indonesia. Bukan hanya menewaskan para pahlawan revolusi, tapi juga warga lainnya, bahkan jumlah korban sampai ratusan ribu jiwa.
Adapun para pahlawan revolusi yang diculik dari kediamannya atau yang dibunuh di kediamannya, kemudian dibawa oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), ke sebuah tempat rahsia di kawasan Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur. Jasad Brigjen Sutoyo Siswomiharjo sesaat setelah diangkat dari sumur di lubang buaya, 4 Oktober 1965 (IST).
Berikut sejarah Lubang Buaya, kawasan yang menjadi lokasi pembuangan jasad pahlawan revolusi oleh PKI pada peristiwa G30S 1965. Baca juga: PROFIL AH Nasution Jendral Bintang Lima Berkarier Moncer yang Lolos dari Tragedi G30S. Baca juga: Profil Ade Irma Suryani, Putri Jenderal AH Nasution yang Tertembak Dalam Peristiwa G30S.
Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Bimbingan dan Informasi Monumen Pancasila Sakti, yaitu Mayor Caj Edy Bawono menjelaskan, ada sebuah sungai bernama Sungai Sunter yang lokasinya tak jauh dari sumur pembuangan jasad para pahlawan revolusi. Dulu, Sungai Sunter dikenal berbahaya karena banyak buaya yang berkeliaran di sana.
Kenapa Disebut Lubang Buaya? Ini Asal Nama Tempat Pembuangan Jasad 7 Pahlawan Revolusi G30S/PKI
PORTAL PURWOKERTO - Kenapa disebut Lubang Buaya? Ini asal nama tempat pembuangan jasad 7 Pahlawan Revolusi G30S/PKI. Lubang Buaya menjadi tempat pembuangan jasad tujuh pahlawan revolusi yang berdasarkan catatan sejarah Orde Baru dibunuh oleh PKI pada 30 September 1965.
Adapun kejadian tersebut kini dikenal sebagai Gerakan 30 September atau disingkat G30S/PKI dan lokasi Lubang Buaya berada di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Lokasi Lubang Buaya terjadinya peristiwa G30S/PKI ini adalah pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia (PKI).
Baca Juga: Sinopsis Film Pengkhianatan G30S PKI, Gugurnya Perwira Militer dan Berakhir di Lubang Buaya. Para jasad korban yang dibunuh diketahui dalam keadaan remuk karena ditumpuk menjadi satu dimasukkan ke dalam Lubang Buaya tersebut. Sekarang ini, di sekitar lokasi Lubang Buaya tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama hingga sumur kecil tempat para korban dibuang. Dalam monumen Museum Pengkhianatan (PKI) menjadi saksi bisu kisah ejarah pemberontakan PKI yang dilengkapi dengan berbagai koleksi foto-fotonya secara berurutan, hingga tiba pada pemberontakan kedua yaitu G30S/PKI. Tidak hanya itu saja, dalam monumen tersebut terdapat pula berbagai macam koleksi foto lain misalnya seperti proses pengangkatan jenazah ke tujuh Pahlawan Revolusi.
Mengenang Peristiwa G30S/PKI, Tanamkan Ideologi Pancasila
Diskusi ITS dengan PT Panasonic Gobel Life Solutions Manufacturing Indonesia dipimpin oleh Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST. Madiun, ITS News — Tingkatkan pengetahuan terkait ilmu fisika, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Kunjungi NTU Singapura, ITS Tindaklanjuti Kerja Sama Riset. Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mengembangkan riset dengan menggandeng berbagai pihak baik.