Kenapa Namanya Wahabi
Kenapa Namanya Wahabi. Wahabi merupakan sebutan bagi pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab (w.1793 M), seorang tokoh yang diklaim oleh pengikutnya sebagai pemurni tauhid, lahir di kampung Uyainah, Najd, 70 km arah barat laut kota Riyadh, Arab Saudi sekarang. Tapi akhir-akhir ini bermuculan bantahan dari sebagian orang bahwa penisbatan Wahhabiyah (Wahabi) kepada Muhammad bin Abdul Wahab itu tidak benar.<>.
Demikian disampaikan A. Ma’ruf Asrori dalam bedah buku “Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi; Sejarah, Doktrin, dan Akidah” di Masjid Agung Kota Sidoarjo yang deselenggarakan LPPQ Al-Karim Jawa Timur dalam Pengajian Ramadhan bersama LDNU, LTMNU dan LTNNU PCNU Sidoarjo, Ahad (13/7). Maka nisbat Wahhabiyah bukan suatu penyematan atau pengistilahan asing apalagi salah, namun sudah masyhur bagi kalangan orang Arab. Achmad Imron R. lebih detil lagi memaparkan bukti-bukti secara panjang lebar sejarah kemunculan sekte Wahabi sebagai tanduk setan dari timur beserta ajaran-ajarannya berdasarkan hadits-hadits sahih dan rujukan buku yang ditulis oleh kaum Wahabi sendiri serta kitab-kitab bantahan atasnya dari ulama ahlussunnah wal Jama’ah.
Dalam menjelaskan hadits shahih tentang fitnah tanduk setan yang akan muncul dari timur, Achnad Imron menguraikan berbagai bukti ilmiah, bahwa Wahabi itulah perwujudannya. Penulis pun menguraikan konsep tauhid Wahabi yang menjadi dasar konflik dengan mayoritas kaum muslimin serta bantahannya.
Identitas Salafi Wahabi
Bahkan pengertian al sunnah dalam konteks ilmu akidah juga mencakup terhadap apa yang dipegang teguh oleh Khulafaur Rasyidin sesudah nabi. Sebagai contoh adalah ucapan salam yang diajarkan nabi Muhammad SAW kepada sahabatnya saat berziarah kubur yaitu : “ As-salamualaikum ya Ahla Al Qubur yaghfirullahu Lana walakum.
Tepatnya, saat muncul gerakan pembaruan Islam (al-Islah ad-Dini) Pan-Islamisme, yang dipimpin oleh Jamaluddin al-Afghani dan muridnya, Muhammad Abduh diakhir abad ke-19 Masehi. Namun, pengetahuan agamanya dianggap kurang memadai, karena ia hanya belajar ilmu agama kepada segelintir guru, termasuk ayahnya sendiri, dalam waktu yang sangat minim dan terputus-putus. Kenyataan ini diketahui oleh beberapa ulama di antaranya, Dr.Muhammad al-Mas’ari dalam bukunya yang berjudul al-kawasyif al-jaliyyah fi kufri ad-dawlah as-suudiyyah ketika ia menyinggung kondisi awal berdirinya Arab Saudi.
Sulaiman ibn Abdil Wahhab menganggap penting untuk menulis kedua buku tersebut karena melihat adiknya sudah jauh menyimpang dari ajaran Islam. Salafi sebenarnya adalah nama lain dari Wahabi, yang sudah ada sejak abad ke 18 di Dir’iyah, Arab Saudi, yang ditandai dengan adanya upacara sumpah penetapan Ibnu Saud sebagai emir dan Muhammad Ibn Abdil Wahhab sebagai imam urusan agama pada tahun 1744 M. Tahun itu menjadi tonggak awal perjuangan dakwah Wahabi di Arab Saudi hingga ke mancanegara.
Dari penjelasan ayat tadi bahwasanya Allah telah menjadikan tawasul dengan para nabi dan wali sebagai sebab dipenuhinya permohonan seseorang hamba. Tepatnya, saat muncul gerakan pembaruan Islam (al-Islah ad-Dini) Pan-Islamisme, yang dipimpin oleh Jamaluddin al-Afghani dan muridnya, Muhammad Abduh di akhir abad ke-19 Masehi.
'Islam Indonesia berbunga-bunga, bukan Wahabi yang primitif'
Tapi kalau PNS menyebarkan hal yang tidak sesuai dengan Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, empat prinsip itu, saya kira harus diambil tindakan. Seringkali para pejabat, termasuk Presiden SBY, memberikan pesan yang keliru kepada publik ketika mengakomodasi, meng-entertainment, menerima pimpinan kelompok -kelompok radikal.
Islam Indonesia senang melakukan kegiatan keagamaan sosial, seperti selametan, tasyakuran, baca yasin, yang tidak terakomodasi atau ditolak oleh Wahabi. Nah mereka mengirim utusan ke Mekkah dan Madinah, meminta kepada penguasa baru di Hijaz supaya jangan memaksakan paham Wahabi.
Madrasah ini sebelumnya mempunyai peranan yang besar di dalam pengembangan pemahaman dan praktik Islam Nusantara, tapi kemudian ditutup oleh pemerintah Saudi.
Mengapa Paham Wahabi Ditolak di Indonesia?
Mazhab Wahabi menjadi perbincangan publik usai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak pemerintah Indonesia melarang paham ini. Permintaan ini merupakan salah satu poin hasil rekomendasi eksternal dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Asrama Haji Jakarta, 25-27 Oktober 2022.
"Lembaga Dakwah PBNU merekomendasikan kepada pemerintah (dalam hal ini Kemenkopolhukam, Kemenkumham, Kemendagri, dan Kemenag) untuk membuat dan menetapkan regulasi yang melarang penyebaran ajaran Wahabiyah," demikian bunyi rekomendasi itu, seperti dikutip di laman resmi LD PBNU, pekan lalu. Sya'roni juga mengungkapkan ada faktor lain yang membuat Wahabi sulit diterima terutama di kalangan NU.
Jika ada larangan, lanjut dia, biasanya menargetkan pendakwah yang dianggap memicu konflik horizontal antar umat beragama. Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Fahmi Salsabila menyoroti perbedaan mazhab antar Indonesia dan Saudi.
Menurut Fahmi, mazhab Wahabi tak lepas dari citra Saudi karena pendiri paham ini yakni cendekiawan dan pembaharu Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, berkontribusi dalam membangun negara kerajaan itu.
Jejak Wahabi, dari sayap kanan hingga perang Paderi
Sejumlah catatan juga menunjukkan dia menolak otoritas apapun dari mazhab-mazhab klasik dalam Syariat Islam serta menyatakan bahwa gerbang ijtihad (penalaran bebas) telah dibuka kembali. Antropolog Akbar S Ahmed, penulis buku Living Islam (1997), mengatakan, Arab Saudi yang didominasi ajaran Wahabi, memiliki penduduk sedikit yaitu sekitar sepuluh juta, namun pengaruhnya sangat besar. "Himbauan untuk melaksanakan pembaharuan ini lewat kekuataan bersenjata (jihad) jika perlu," tulis Fazlur Rahman menyebut salah-satu ciri gerakan Wahabi, dalam buku Metode dan alternatif Neomodernsime (1993). Pengamat masalah keislaman, Azyumardi Azra, menggambarkan secara gamblang keterhubungan ajaran kaum Wahabi dengan orang-orang di Sumatra Barat, melalui kepulangan tiga orang yang baru pulang ibadah haji pada 1803.
Pada April 2014 silam, Stasiun radio Suara Hati Muslim di kota Malang, Jatim, juga pernah dicap Wahabi dan dilaporkan ke Komisi penyiaran Indonesia daerah karena dituduh "menyebarkan kebencian". Seorang ulama bernama Ahmad Zainuddin yang diundang ke Masjid Ridwan, Pamekasan, Madura, awal Maret 2015, juga ditolak massa santri kota itu karena dianggap pernah membid'ahkan acara Maulud - dan kemudian dia dilabeli Wahabi.
Penjelasan Ustaz Hanan Attaki Dituduh Gembong Wahabi: Saya Mengisi Tahlil
Ustaz Hanan Attaki memberi klarifikasi terkait tuduhan dirinya yang dianggap sebagai gembong penyebar paham wahabi. "Bahkan kakek buyut saya itu pendiri organisasi NU cabang Tuban pada masanya.
Pertama ada NU di Tuban itu, salah satu pendirinya adalah kakek buyut istri saya. Belum cukup, Hanan lantas menyebut almarhum mertuanya merupakan takmir masjid Asmoroqondi di Palang, Tuban. Asmoroqondi merupakan ayah dari Raden Rahmat yang kemudian dikenal dengan Sunan Ampel. Sedangkan dalam kegiatan keagamaan di masyarakat setempat, ia mengaku kerap ikut selawatan, Maulud Nabi bahkan memimpin tahlil.
"Saya juga ikut mendirikan dan mengonsep sekolah dengan warna NU tulen di Tuban. Meski demikian, ia menganggapnya biasa saja dan tak membalas semua tuduhan tersebut.
Apa itu Wahabi?
Dalam keadaan seperti di atas Allah membuka sebab untuk kembalinya kaum muslimin kepada Agama yang benar, bersih dari kesyirikan dan bid’ah. “Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang lain perkataan indah sebagai tipuan.” (QS.
“Wahai orang-orang yang beriman jika orang fasik datang kepada kamu membawa sebuah berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela suatu kaum dengan kebodohan.” (QS. Selanjutnya kami mengajak para hadirin semua apabila mendengar tuduhan jelek tentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, atau membaca buku yang menyebarkan tuduhan jelek tersebut, maka sebaiknya ia meneliti langsung dari buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau buku-buku ulama yang seaqidah dengannya, supaya ia mengetahui tentang kebohongan tuduhan-tuduhan tersebut, sebagaimana perintah Allah kepada kita:.
Karena buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bisa didapatkan dengan sangat mudah terlebih-lebih pada musim haji dibagikan secara gratis, di situ akan terbukti bahwa beliau tidak mengajak kepada mazhab baru atau kepercayaan baru yang menyimpang dari pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah, namun semata-mata ia mengajak untuk beramal sesuai dengan kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, meneladani Rasulullah dan para sahabatnya serta generasi terkemuka umat ini, serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat.