Kenapa Kuda Nil Membunuh Anaknya
Kenapa Kuda Nil Membunuh Anaknya. Predator paling berbahaya justru babun jantan di kelompok mereka sendiri.Menurut penelitian ahli ekologi perilaku dari Universitas Cambridge, Dieter Lukas, 50 persen kematian bayi Chacma disebabkan pejantan. “Dampaknya lebih masif ketimbang penyakit atau predator lain,” tutur Lukas, seperti dikutip kantor berita Reuters, Senin (17/11).Tapi bukan cuma babun yang begitu. Mereka ingin menemukan pola yang bisa menjelaskan perilaku mengerikan itu.“Itu adalah strategi seksual,” kata Huchard. Tapi orangutan, bonobo, dan lemur, tidak melakukannya.Lebih lanjut peneliti mendapati bahwa betina yang hidup dalam praktek infanticide mengembangkan cara adaptasi tersendiri supaya bayinya tak dimakan pejantan.
Alhasil para pejantan tak tahu anak siapa yang dikandung si betina.“Pejantan berhenti membunuh karena ada risiko bahwa mereka akan membunuh keturunannya sendiri,” kata Lukas.Infanticide juga tak terlihat di kalangan mamalia yang punya siklus reproduksi musiman.
Bayi Kuda Nil Dibunuh Kawanan : Okezone News
BOSTWANA –Maksud hati untuk memperkenal bayinya ke sekumpulan kawanan, sang ibu kuda nil justru mengalami kejadian yang tragis. Ya, bayi kuda nil yang baru berusia dua hari tersebut justru dibantai oleh kawanannya sendiri.
Pada gambar tersebut, tampak sang induk hanya melihat ketika bayinya disiksa oleh sekumpulan kuda nil dewasa dan terlihat sama sekali tidak berusaha untuk melindungi bayinya dari serangan. Secara sadis, bayi kuda nil itu bergantian digigit kemudian dilempar oleh sekumpulan kuda nil dewasa hingga daging si bayi terkoyak, warna sungai pun berganti menjadi merah akibat darah yang dikeluarkan dari tubuh bayi yang sudah terkoyak tersebut.
Kuda nil adalah hewan teritorial, hal ini diyakini kondisi di Botswana sedang mengalami musim kemarau panjang yang membuat sungai-sungai sekitar menjadi surut, membuat ruang untuk kuda nil menghabiskan waktu di air menjadi semakin sempit.
Induk Kudanil Tidak Mampu Membendung Kesedihannya Ketika Menemukan Anaknya Mati
Ladies, siapapun ibu di dunia ini pasti tidak akan mampu menahan kesedihan ketika anak yang sangat dicintainya tiada. Seekor induk kudanil di hutan belantara Afrika tidak mampu membendung kesedihannya ketika menemukan anaknya tergeletak tak bernyawa. Binatang yang paling mematikan di daratan Afrika ini terkenal tidak mudah merelakan kematian anaknya seperti dilansir dari dailymail.co.uk. Beberapa saat kemudian induk kudanil mulai membuka mulut dan menampakkan giginya sebagai peringatan kepada hewan lain agar tidak mendekatinya.
Induk kudanil ini kemudian menyemprotkan kotorannya dan menunjukkan giginya, karena dirinya curiga ada penyusup yang menyerang anaknya. Setelah beberapa saat akhirnya kudanil ini bersama dengan kawanan lainnya memasuki perairan, namun masih menunjukkan perilaku agresif.
Kuda Nil Dianggap Penyelamat Kehidupan di Sungai
McCauley adalah asisten professor ekologi, evolusi dan biologi kelautan di University of California Santa Barbara. Banyak rumput Afrika yang digunakan sebagai jerami dan pakan ternak di tempat seperti Amerika. Tapi yang terpenting tentang kotoran kuda nil adalah tempatnya di rantai makanan. McCauley menggambarkan kotoran kuda nil sebagai sumber kehidupan di sungai dan danau Afrika. Tapi ia mengatakan bila aliran air terlalu dangkal, kotoran itu bisa memenuhi ekosistem dan menjadi polutan. Dalam beberapa dekade terakhir, kita melihat penurunan jumlah kuda nil sekitar 10 sampai 20 persen.
Jadi sangat sial bila nasib hewan bergantung pada air karena mereka harus bersaing dengan manusia.
Mengapa Ibu Pembunuh 3 Anak Kandung Tetap Divonis 4,5 Tahun Bui?
- Permohonan banding jaksa yang menuntut Ni Luh Putu Septyan Parmadani (32) selama 19 tahun penjara ditolak. "Menimbang bahwa jaksa penuntut umum kurang atau tidak memahami kondisi psikis/kejiwaan yang menyebabkan terdakwa melakukan tindak pidana terhadap ketiga anak kandungnya sendiri. Kondisi tersebut diduga akibat trauma mendalam sejak pemikiran pertama di pernikahan pertamanya, di mana sang suami sering memberikan perlakuan kasar, memukul kepala, membentak, hingga mengancam untuk menceraikan dan tidak pernah menafkahi terdakwa selaku istri," demikian bunyi pertimbangan putusan banding sebagaimana dikutipRabu (21/11/2018).Vonis itu diketuk pada Senin (19/11) lalu oleh ketua majelis Sutoyo dengan dan hakim anggota Nyoman Sumaneja dan Istiningsih Rahayu. "Menimbang akumulasi dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh terdakwa selama ini membuat terdakwa mengalami depresi berat sehingga menunjukkan guncangan dalam dirinya akibat lemahnya dukungan sosial untuk dapat menjadi katarsis (pelepasan kecemasan) atas beban yang dipikulnya," sambungnya.Majelis hakim tetap pada putusan agar Septyan divonis 4,5 tahun. "Bahwa tuntutan pidana penjara selama 19 tahun dari jaksa penuntut umum terhadap terdakwa menunjukkan perspektif jaksa penuntut umum yang melepaskan konteks sosial dan psikologis dari terdakwa dengan lebih mengedepankan pada pemberian efek jera. Sanksi berat justru akan menjadi trigger bagi terdakwa untuk melakukan tindakan destruktif bagi dirinya di masa depan," ujarnya.Kasus ini bermula ketika rumah tangga Septyan dengan I Putu Moh Diana pada 2011 berujung keretakan dan sempat cekcok berkali-kali.
Akibatnya, ibu tiga anak itu putus asa sehingga dia mengambil jalan pintas untuk membunuh anaknya dan melakukan upaya bunuh diri.Pada 8 Februari 2018, sekitar pukul 13.00 Wita, Septyan membeli obat nyamuk cair dan disimpan di lemari pakaian.