Kenapa Dinamakan Nasi Jinggo
Kenapa Dinamakan Nasi Jinggo. nasi jenggo) adalah makanan siap saji khas Bali yang dikemasan daun pisang dengan porsi kecil. Selain dijual di jalan, kini nasi jinggo menjadi sajian alternatif untuk berbagai upacara religius seperti ngaben, perayaan ulang tahun, dan rapat.
[4] Menurut para penjual, nasi jinggo pertama kali dijual di Jalan Gajah Mada, Denpasar. [5] Penjual nasi jinggo pertama kali adalah sepasang suami-istri yang berjualan dari sore hingga malam. Versi lain menyebutkan nama jinggo berasal dari judul film "Djanggo" yang populer pada masa itu.
Versi ketiga menyatakan bahwa nama Jenggo berasal dari kata "jagoan", yaitu para pengendara motor asli Bali. [4] Nasi jinggo ini merupakan makanan favorit para pengendara motor tersebut sehabis plesiran malam.
Nasi jinggo
Apart from being eaten as street food, nasi jinggo is also used in various religious ceremonies such as the Ngaben funeral rites, birthday celebrations, and meetings. One theory states that prior to the 1997 Asian financial crisis, nasi jenggo had been sold for Rp. [2] Another theory is that it comes from the title of the 1966 Italian Spaghetti Western film Django, while another version states that it comes from the word jagoan, referring to Balinese motorcyclists, whose favorite food after a night out was nasi jinggo. The history of nasi jinggo began in the 1980s, and was first sold on Gajah Mada Street in Denpasar, Bali. [3] Due to the proximity of the 24-hour Kumbasari Market, a Javanese husband-wife team began selling the dish as a late-night snack. Nasi jinggo is served in a banana leaf package, containing a handful of white rice with side dishes and chili sauce.
Nasi Jinggo, Simbol Kesederhanaan nan Merakyat
Kuliner-kuliner itu memang tak bisa dipisahkan dari ritual adat dan kegiatan keagamaan yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Bali. Bagi Anda yang kebetulan merayakan nyepi atau berlibur ke Pulau Dewata, tak ada salahnya mencoba Nasi Jinggo khas Bali ini.
Namun, ketika bungkus dibuka, pemandangan semacam suwiran ayam atau daging, potongan tempe kecil-kecil, serundeng, dan sambal akan menggelitik nafsu makan penikmatnya. Tak hanya itu, beberapa pengendara motor asli Bali yang sering disebut “jagoan” turut menjadi pelanggan setia nasi campur ini, sehabis mengadakan plesir malam. Terbukti, di beberapa daerah seperti Kediri dan Yogyakarta, makanan ini pun muncul sebagai menu sarapan yang tak boleh dilewatkan. Kini, seiring berjalannya waktu, Nasi Jinggo mulai dikreasikan dalam bentuk yang lebih menarik dan dapat ditemui di seluruh sudut Pulau Bali. Beberapa resto ternama di Pulau Dewata bahkan mengaransemen tampilan Nasi Jinggo menjadi sajian berkelas dan menjualnya dengan harga yang tinggi. Namun tak perlu ragu, sebab cita rasa makanan ini akan tetap menarik bagi lidah penikmatnya, bagaimanapun bentuk kemasannya.
Asal Usul Nasi Jinggo Bali, Berawal dari 2 Perempuan di Terminal Suci Denpasar
Namun sudah tahukah anda sejarah dan nasal usul nasi Jinggo? Menurut pemerhati kuliner Bali, Ketut "Gogonk" Pramana, sejarah nasi Jinggo berawal dari kawasan Suci Kota Denpasar. Lokasi ini kini menjadi sentra penjualan perhiasan emas dan parkir bawah tanah. Pada akhir tahun 70-an, tempat ini masih merupakan terminal angkut khusus untuk bemo roda tiga. "Kala itu, pada malam harinya, Terminal Suci dipakai warga sekitar sebagai pasar "senggol", area untuk menjual beraneka makanan dan minuman. Pada salah satu sudut Senggol Suci, ada 2 perempuan yang menjual nasi bungkus siap saji dengan ukuran mini,"ujar Ketut.
Nasi bungkus ukuran mini berisi lauk serundeng kacang, ayam siwir, tempe goreng, dan yang tak terlupakan sambal tomat pedas. Warung ini adalah satu-satunya tempat dimana nasi bungkus seperti itu bisa ditemui di seantero Denpasar. Nasi bungkus mini dengan cita rasa pedas ini bisa dinikmati di tempat atau dibawa pulang. Khusus untuk yang dibawa pulang, 2 penjual perempuan itu tidak lupa menambahkan ekstra sambal pedas sebagai bonus.
Pasti Nagih, Kuliner Non Halal Nasi Jinggo Babi Kecap Bu Manik
Selagi di Bali, kamu bisa cari banyak kuliner non halal dengan rasa yang mantap! Warung nasi ini memiliki keunikan dari segi nama, hidangan dan tentunya rasanya. Akan tetapi nama ini kemudian diubah seiring dengan perubahan ukuran dari hidangannya. Karena ukuran hidangannya kini cukup besar maka hidangan ini diberikan nama nasi jinggo.
Bukan hanya itu, dengan alas ini, rasa hidangan akan makin kaya karena pengaruh aroma dari bungkus daun yang kamu gunakan. Selain mendapatkan hidangan berupa babi kecap, kamu juga akan disuguhi hidangan berupa oseng mie, tempe orek kering, awam suwir dan tentu primadonanya yaitu babi kecap.
Nah, kelebihan lain dari makanan di Nasi Jinggo Babi Kecap Bu Manik adalah harga makanannya. 2 bungkus nasi babi kecap dari warung makan ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp 10.000 saja lho! Jika belum sempat, kamu bisa datang hingga jam 2 malam karena kuliner ini memang merupakan salah satu kuliner malam paling banyak di minati di Bali.
Nah, jika kamu tidak bisa datang ke warung utamanya, kamu juga bisa mengunjungi Nasi Jinggo Babi Kecap Bu Manik cabang yang lain yaitu cabang Jalan Raya Semar.
Pasti Nagih, Kuliner Non Halal Nasi Jinggo Babi Kecap Bu Manik
Selagi di Bali, kamu bisa cari banyak kuliner non halal dengan rasa yang mantap! Warung nasi ini memiliki keunikan dari segi nama, hidangan dan tentunya rasanya.
Akan tetapi nama ini kemudian diubah seiring dengan perubahan ukuran dari hidangannya. Karena ukuran hidangannya kini cukup besar maka hidangan ini diberikan nama nasi jinggo. Bukan hanya itu, dengan alas ini, rasa hidangan akan makin kaya karena pengaruh aroma dari bungkus daun yang kamu gunakan. Nah, kelebihan lain dari makanan di Nasi Jinggo Babi Kecap Bu Manik adalah harga makanannya. 2 bungkus nasi babi kecap dari warung makan ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp 10.000 saja lho! Nah, jika kamu tidak bisa datang ke warung utamanya, kamu juga bisa mengunjungi Nasi Jinggo Babi Kecap Bu Manik cabang yang lain yaitu cabang Jalan Raya Semar.
Nasi Jinggo – Makanan sejuta umat di Bali
Makanan ‘sejuta umat’ di Bali ini memiliki ciri khas: bungkusnya daun dan sambalnya yang super pedas. Seperti yang diungkapkan penjual nasi jinggo asal Denpasar, Bali, Nengah Surati (54). Harganya murah, pertama kali ‘tiang’ (saya) jualan nasi jinggo hanya seribu rupiah per bungkus, dulu sekali, lupa tahunnya,” kata Nengah Surati, di Denpasar, Sabtu (17/1/2015). Surati menjelaskan bahwa nasi jinggo setiap harinya bisa dijual di sepanjang jalan, warung lesehan ataupun angkringan. Tapi jika nasi jinggo akan disuguhkan dalam acara arisan, kawinan, potong gigi atau acara apa pun di Bali, harga disesuaikan permintaan pembeli dengan porsi yang layak dan harganya bisa mencapai Rp 10.000. Tapi kalau ada pesanan dengan isinya yang banyak, ya harganya berbeda.
Tapi jika nasi jinggo pesanan dengan harga lebih mahal, bisa ditambah telor asin, sate lilit atau sate daging ayam, kacang goreng dan sayur tumis. Berapa pun harganya, yang namanya nasi jinggo hanya ada di Bali. Vote count: 2 Jadilah orang pertama beri nilai As you found this post useful...